Kamis, 16 April 2009

cerpen

I Love You, Joshua
Bikin malu…..mungkin itu adalah kata hati ku saat ini ketika memandangi tubuh lunglai kakak tiri ku yang selalu berbaring di tempat tidur. Sejak pertama kali jumpa, waktu Papa memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita yang biasa ku panggil Tante Nano aku sudah tidak menyukai dia. Sampai saat ini aku masih belum bisa menerima Joshua menjadi kakak tiri ku.
Wajah itu, tubuh itu dan kursi roda itu selalu ku lihat berada di Taman setiap pagi, sebelum aku berangkat ke sekolah. Aku benci Joshua, bukan saja karena ibunya telah menggantikan posisi Bunda yang telah meninggal dunia tujuh tahun yang lalu tapi karena kondisinya yang bagai mayat hidup, bak pepatah hidup segan mati tak mau. Selama 2 tahun ini aku merasa tersiksa bila harus terus berada di rumah. Kehadiran dua orang yang sangat ku benci di rumah membuat hidup ku tidak tenang. Ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya di luar kota, sementara ibu tiri ku hanya duduk-duduk di rumah.
Telepon rumah berdering tiga kali. Ibu tiri ku yang mengangkatnya kemudian ia langsung masuk ke dalam kamar nya dan tidak beberapa lama kemudian dia keluar kamar dengan membawa tas besar.
" mau kemana kamu?" tanya ku pada ibu tiri ku itu
" ibu mau ke Medan, Ayah sakit sekarang dir awat di rumah sakit. Ibu mau menemani ayah disana" jelas ibu tiri ku
" nggak perlu. Seharusnya aku yang menemani ayah, bukan kamu. Aku adalah anak kandung nya"
" tapi, ibu adalah isteri ayah mu" ujarnya
" isteri baru nya ayah" aku mengingatkan
" terserah lah. Lindy, besok kamu kan ada quiz jadi nggak mungkin kalau kamu meninggalkan kuliah. Nannti dari Medan, ibu akan langsung mengabari" jelas ibu tiri ku
" tapi aku tetep mau menjenguk ayah. Aku tahu kamu pasti berharap bahwa ayah ku segera mati dan kamu bisa menguasai harta kekayaan kami kan? Tapi, aku nggak akan sebodoh itu. Kalau seandainya ayah ku meninggal disana, itu artinya kamu lah pembunuh nya. Dan jangan harap bahwa kamu akan selamat dari jeratan hukum. Oh iya, anak mu si Mayat hidup itu juga akan mengikuti jejak ayah ku nantinya. Ngerti kamu?" ancam ku
" terserah apa mau mu, ibu hanya peduli pada kesehatan Ayah mu. Titip Joshua ya, meski dia tidak bisa bicara, tapi pandangan matanya mengisyaratkan kalau dia sayang banget sama kamu" pinta nya
***
Beberapa jam kemudian ibu tiri ku menelpon mengabarkan bahwa ayah sudah bisa dibawa pulang, tapi kondisi ayah masih belum stabil jadi ibu tiri ku itu harus tetap disana samapi ayah benar-benar pulih.
" eh.....sudah waktunya makan siang. Gue sudah siapin makan siang di atas meja, loe ambil sendiri ya. Pembokat gue lagi pulang kampung, jadi nggak ada yang bisa melayani loe. Gue mau ke kampus dulu. Oke?" ucap ku pada Joshua.
***
Malam itu hujan turun sangat deras. Petir dan kilat saling bersahutan satu sama lain. Lampu di rumah mati karena kabel listrik di depan kompleks konslet terkena pohon yang tumbang. Untunglah Krisna, teman kuliah ku bersedia mengantar ku pulang.
" serem, Krisna....." ucap ku sedikit ketakutan
" nyalain lilin nya dong. Gue juga takut kali, gue pulang aja yach......" pamit Krisna
" dasar penakut, loe kan cowok harusnya elo yang jagain gue, bukannya loe yang kabur duluan, gimana sih?" umpat ku
" nyokap gue mau melahirkan....." sorak nya dari dalam mobil
Meski berkelamin laki-laki tapi kalau soal nyali dan kekuatan fisik Krisna lebih lemah dan penakut dari aku. Huh.....badan doang yang gede, nyali ciut!
" lapar........." ucap ku ketika perut ku mulai bernyanyi sumbang
" masih ada makanan nggak ya?" ujar ku sambil membuka tudung saji
" astaga....bau makanan basi, pasti dari piring ini"
" ya ampun.....ini bukannya makan siang yang aku siapkan untuk Joshua? Kok nggak di makan sih? Perlu gue hajar nih!" aku mulai mencak-mencak sendiri
" eh....gue udah susah-susah bikin makan siang, tapi nggak loe makan. Nggak enak ya? Udah syukur gue mau kasih makan loe, eh nggak dihargain. Jawab dong!" bentak ku
" ooo....kamu kan mayat hidup, jangan kan ngambil makan di dapur buat ngomong aja sulit. Jadi, loe belum makan dong dari tadi?"
" kasihan juga gue lihat kondisi loe sekarang ini. Ya udah, gue ke depan kompleks dulu cari makanan" pamit ku

***
" Cuma ada bakso nih, nggak apa-apa kan? Lumayanlah buat ganjel perut sampai pagi. Gue suapi yah" ujar ku sesaat setelah kembali dari warung bakso.
" enak nggak? Gue suka banget sama bakso di depan kompleks kita. Loe pasti juga suka kan?" pamer ku
Beberapa detik kemudian listrik mulai nyala, sekarang kamar Joshua sudah terang benderang lagi.
" duh….bau apaan nih? Loe kentut yah? Dasar.....gue juga mau balas ah." ujar ku
Put...put...put...
" loe kebau-an ya? Makanya jangan macam-macam sama gue. He…he….he…" ujar ku girang
" he….he…" tawa miris Joshua mengagetkan ku
" loe katawa? Astaga, kemajuan nih. Idih....ketawa lagi, tapi ketawa loe manis juga" puji ku
"ups...."
***
Hingga larut malam hujan tak jua reda, petir dan kilat masih terus bersahutan satu sama lain. Entah kapan akhirnya langit tak lagi menangis tapi yang pasti saat ku terbangun mentari telah memancarkan sinar eloknya ditemani kicau burung gereja dan tarian indah kupu-kupu yang berwarna-warni. Hari yang cerah....aku suka suasana saat ini.
Ini adalah hari Sabtu itu artinya kuliah libur. Aku bisa menghabiskan waktu di rumah sambil nonton baca buku di kamar. Aku melangkahkan kaki ke dapur dan meraih sebungkus mie rebus dari rak paling atas. Selesai masak, aku bermaksud menyantap sarapan ku itu. Tapi, tiba-tiba saja aku teringat pada Joshua yang sejak kemarin hanya makan bakso saja. Aku menuju kamar Joshua sambil memboyong segelas susu coklat dan semangkuk mie rebus.
" pagi, Joshua. Gue bawain mie rebus sama susu coklat nih, loe makan ya!" tawar ku
Aku mulai menyuapi Joshua sedikit demi sedikit, hingga makanannya habis. Tapi, sepertinya Joshua tidak menyukai susu coklat buatan ku karena saat aku menyuguhkannya dia sempat menutup rapat-rapat bibirnya.
" habis ini loe mau jalan-jalan ke taman? Gimana kalau kita jalan ke taman kota aja, loe pasti belum pernah ke sana kan? Tempat nya indah loh" ajak ku
" aku mau..." seru Joshua terbata-bata
Aku segera melajukan mobil menuju taman kota. Ternyata kalau hari Sabtu taman kota di penuhi pengunjung. Berbeda sekali dengan hari biasanya yang sepi dan meyenangkan untuk menyendiri.
" hai, Lindy. Loe sama siapa?" tiba-tiba Diaz dan geng nya sudah berada di belakang ku
" hai juga. Gue...gue lagi sama....kakak gue" jawab ku super gugup.
" halo, Kak" sapa Diaz ramah pada Joshua
" kakak gue lagi sakit, tiga tahun lalu ketika dia masih tinggal di Bukittingi sebuah sepeda motor berwarna hijau melindas tubuhnya. Pengemudi sepeda motor itu kabar gitu aja. Sejak itu keadannya Joshua jadi begini" cerita ku
" kasihan....tapi gue denger loe nggak punya saudara kandung, jadi berita itu bener nggak sih?" tanya Toto yang kebetulan lagi jalan-jalan dengan Diaz dan geng nya.
" Joshua memang bukan saudara kandung gue. Dia anaknya nyokap tiri gue, sekarang beliau lagi di Medan karena bokap gue lagi sakit" jelas ku
Hampir lima belas menit aku dan Diaz tidak membuka percakapan. Aku sedikit grogi kalau
" o.....keluarga loe asik ya. Meski bukan saudara kandung, tapi saling menjaga dan memperhatikan. Loe baik, Joshua pasti beruntung punya adek seperti loe" puji Diaz
Diaz, cowok lucu yang sempat menjadi kekasih ku dua tahun lalu itu semakin lama semakin keren aja. Rasanya jantung ku hampir copot ketika bertemu lagi dengan Diaz untuk yang pertama kalinya setelah kami putus. Banyak perubahan yang ku rasakan dari Diaz, cara bicaranya sudah mulai sopan dan teratur, cara berpakaiannya rapi, rambutnya di potong pendek dan diberi gel. Wah....kalau ketemu Diaz tiap hari, bisa-bisa aku jatuh cinta lagi nih.
" aku mau terapi, Ndy" ujar Joshua saat aku membaringkan tubuhnya di kasur sepulang dari taman
" bagus kalau begitu. Itu baru kakak aku" jawab ku
" akhirnya kamu perhatian juga sama aku" jawabnya terbata-bata dan sangat pelan
" iya. Ah sudah lah, jangan di bahas. Besok aku akan antar kamu terapi ke klinik di luar kota" usul ku
***
" kondisi fisik nya bagus, kondisi mental nya saja yang masih sering drop. Insya allah di rawat dua bulan di klinik ini pasti sembuh" ujar Dokter Wondo
" jadi Joshua harus dirawat disini selama dua bulan, Dokter?" tanya ku
" iya, supaya kami mudah mengawasi nya" jawab dokter
" Pergi aja, aku disini" ucap Joshua

***
Hari ini tepat dua bulan Joshua di rawat di klinik Rainbow. Ibu, ayah dan aku berencana akan menjemput Joshua di klinik. Tapi saat menuruni tangga rumah, kaki ibu terkilir dan akhirnya terpaksa tidak bisa menjemput Joshua di klinik. Untunglah saat itu Diaz berkunjung ke rumah dan menawarkan diri menemani ku menjemput Joshua.
" hai, Joshua......" sapa ku
" hai Lindy" jawab Joshua
" wah kamu sudah benar-benar sembuh ya? Syukurlah" ucap ku
" ngapain kamu kemari? Dasar kurang ajar! Kamu mau membunuh ku lagi?" bentak Joshua pada Diaz
" Joshua...ini Diaz yang dulu pernah aku kenalin ke kamu. Dia temen aku" ujar ku
" dia yang nabrak aku dan meninggalkan aku sendirian di malam itu. Dia yang bikin aku lumpuh bertahun-tahun" jawab Joshua dengan penuh emosi
" Diaz, bilang kalau Joshua salah. Bukan kamu kan yang menabrak Joshua?" tanya ku tidak percaya
" iya. Aku yang nabrak Joshua sepulang dari bar. Malam itu aku mabuk dan nggak bisa mengendalikan diri. Saat menabrak Joshua, aku langsung lari tapi tidak lama kemudian aku kembali lagi namun tubuh Joshua sudah tidak ada di TKP" jawab Diaz dengan kepala menunduk
" selama tiga tahun ini aku berusaha mencari Joshua kemana-mana, tapi nggak ketemu. Saat kita bertemu di Taman Kota aku baru tahu bahwa Joshua adalah saudara tiri mu. Dan......"
" dan kamu berusaha menutupi nya dari aku, iya kan? Kamu nggak usah menyangkal bahwa kamu adalah seorang pengecut yang lari dari tanggung jawab" umpat ku
" aku....."
" kamu jahat! Pergi kamu dari sini! Aku nggak meu lihat kamu lagi" hardik ku
Diaz pergi begitu saja setelah ku usir, tanpa sekalipun membalikkan wajahnya ke arah ku. Dia terus berjalan maju sambil menundukkan kepalanya.
" tunggu!" sorak Joshua
" meski kamu sudah menabrakku, tapi aku nggak menyalahkan kamu. Bukan kah setelah pertemuan kita di Taman Kota itu kamu segera meminta maaf" ujar Joshua
" Dis, kamu sayang kan sama Diaz? Harusnya kamu memeprtahankan dia" ujar Joshua pada ku
" tapi, aku nggak suka sama orang yang sudah membaut kamu menderita bertahun-tahun" jawabku
" Diaz cerita bahwa dia sangat sayang sama kamu, tapi dia nggak berani mendekati kamu karena kalian sudah putus apalagi Diaz sudah menabrak ku" cerita Joshua
Mungkin karena cinta akhirnya aku mau menerima Diaz kembali. Peristiwa ini nggak akan terjadi kalau seandainya Joshua tidak berhati besar dengan memaafkan Diaz yang sudah menyengsarakan nya selama bertahun-tahun.
Ternyata memiliki Joshua dan ibu nya adalah sebuah karunia terbesar dalam hidup ku. Dulu aku terlalu picik untuk menilai seseorang. Aku sadar bahwa Bunda nggak akan pernah tergantikan oleh siapa pun, tapi itu bukan berarti bahwa ibu tiri ku jauh lebih buruk dari Bunda.
Aku sayang ibu dan Joshua, seperti aku sayang pada Bunda, Ayah dan Diaz. Selama ini aku nggak pernah kehilangan, malah aku mendapatkan perhiasan terindah di bumi ini yaitu Ibu dan Joshua. I love you Mom, I love you Joshua.

cerpen

Ribetnya Jatuh Cinta

Astaga….jangan bilang kalau aku jatuh cinta lagi!
percikan asmara yang mulai muncul itu harus segera
dibunuh sebelum terlanjur berkembang. Aku nggak mau
kecewa lagi. Cukup lima tahun ini aku menyimpan cinta
yang begitu dalam pada seseorang. Orang yang menjadi
tambatan hati ku itu bernama Fachry. Dialah sosok yang
menginspirasi ku dalam menulis semua puisi-puisi yang
pernah ku muat di majalah-majalah ibukota. Banyak yang
memuji karya ku itu, namun juga banyak yang tidak
menyukai puisi ku. Menurut mereka, puisi ku terlalu
melankolis dan cenderung melebih-lebihkan. Aku seperti
gadis bodoh yang terus mengharapkan cinta dari cowok
yang selama ini aku cintai. Ya sudah lah, apapun
pendapat mereka yang pasti semangatku tidak akan
mundur dalam menciptakan puisi-puisi.
Cinta datang begitu tiba-tiba sehingga aku tidak
sempat mengantisipasi datangnya rasa cinta itu. Aku
tidak tahu bagaimana harus mendeskripsikan sosok cowok
yang bernama Fachri. Dia memang bukanlah cinta pertama
ku atau pacar pertama ku. Tapi dia adalah orang yang
berhasil menancapkan samurai berlapis cinta di relung
hatiku yang terdalam. Aneh memang, tapi aku tidak bisa
membohongi hati dan batin ku bahwa aku memang
menyayangi si pencuri itu.
Dibilang tampan sih nggak, tapi dibilang jelek mana
boleh. Karena hidung nya tidak bangir, tapi juga tidak
pesek. Kulitnya sawo matang dan senyumannya tulus dari
hati. Aku biasa menuliskan cerita tentang Fachri dalam
sebuah diary. Di dalam diary itu pula aku menyamarkan
namanya dengan sebutan pangeran merpati putih. Nama
samaran itu sengaja aku ciptakan agar bila suatu saat
ada yang membaca diary ku, maka orang itu tidak akan
tahu siapa orang yang ku maksud. Pangeran merpati
putih adalah nama yang sangat berarti bagiku. Aku
mambayangkan seekor merpati putih memasuki kamar ku
dan menyerahkan selembar surat cinta dengan bau
melati. Surat itu adalah lambang dari hati sang
pangeran yang sedang mencari pendampingnya kelak.
Cinta itu tumbuh dan mekar bersama dengan bergulirnya
waktu. Bahkan aku tidak pernah menyadari hal ini
sebelumnya. Dia telah membuka brangkas hati ku dan
mencuri semua harta berharga yang tersimpan di
dalamnya. Bahkan ia tidak menyisakan sedikitpun cinta
untuk orang lain. Cinta ku padanya seolah-olah
memaksaku untuk terus mencintainya, sehingga ruang
dihatiku penuh terisi oleh bayangannya. Tidak
seorangpun mampu menembus pintu hatiku yang terbuat
dari baja kecuali dia.
Lima tahun terakhir ini, aku baru mengenal apa arti
cinta dan pengorbanan. Setiap denyut nadiku terus
memanggil-manggil nama Fachri. Dadaku berdetak tidak
karuan saat dia berada di dekat ku. Aku bak pelabuhan
yang kesepian. Tidak sebuah kapal pun yang ku izinkan
untuk berlabuh, kecuali kapal si Pencuri hati itu.
Namun, lima tahun berlalu begitu saja. Tidak ada
perubahan terhadap perasaan Fachri kepada ku. Dia
tetap tidak mencintai ku, meski seharusnya waktu telah
melumerkan cintanya untuk berpaling ke arah ku.
Berkali-kali dia terluka oleh cinta. Tapi dia masih
belum lelah untuk terus berlayar mengarungi samudera
cinta. Cinta pertamanya dengan seorang gadis berambut
keriting sepunggung, yang bernama adek kandas begitu
saja. Bagi Adek, Fachri adalah sosok yang dingin dan
menjemukan. Karena itulah hubungan mereka hanya
bertahan satu bulan saja. Untuk kedua kalinya aku
mendengar bahwa dia telah menambatkan hati pada Rani,
teman sekelasnya. Dua kali mencintai gadis, tapi dua
kali pula dia terpuruk karena kecewa. Aku merasakan
apa yang ia rasakan. Melihatnya terluka karena cinta,
kalbu ku ikut berontak.
Setiap istirahat, dia menggunakan waktu untuk membaca
buku di perpustakaan kampus. Aku sering
memperhatikannya dari balik rak buku perpustakaan.
Bila telah mendapatkan buku yang hendak ia baca, maka
tanpa mengulur waktu lagi ia langsung "melahap" buku
itu. Pulang kuliah ia segera mengemasi buku dan
memasukkannya ke dalam tas kemudian pulang tanpa
mampir ke mana-mana. Tidak ada hal baru dalam
aktivitasnya. Boleh dibilang bahwa Fachri itu cowok
yang flat. Apalagi penampilannya yang cenderung
biasa-biasa saja. Tapi, entah kenapa hatiku tidak
mempersoalkan kekurangan nya itu. Mungkin itulah
artinya cinta.
Lima tahun aku mengenalnya, aku semakin mengerti
dengan watak dan tingkah anehnya. Bahkan rasa yang
tidak pernah terucap itu semakin lama semakin besar.
Hampir setiap malam aku membayangkan untuk bertemu
dengannya keesokan hari.
Teman-teman ku sering mengejek tingkah laku ku yang
seperti cacing kepanasan kalau bertemu Fachri. Mereka
tidak mengerti kenapa aku bisa tahan dengan cinta yang
terbilang bodoh ini.
Empat bulan lalu aku mendengar kabar bahwa dia jadian
dengan teman sekelasnya di kampus. Sempat kecewa dan
sedih juga. Tapi itu tidak bertahan lama, karena aku
yakin bahwa mencintai seseorang dengan tulus tidak
membutuhkan balasan yang sama. Toh cinta tak harus
memiliki. Hal ini memang sempat merontokkan semangat
juang ku, tapi ini adalah pilihan nya dan aku tidak
boleh merusak kebahagiaan orang yang ku sayang. Lebih
baik begini, biar aku yang menderita asal dia bisa
bahagia dengan pilihan hatinya. Jika hati itu terdiri
dari dua belahan, maka biarlah hanya satu belahan yang
luka asalkan belahan yang lain tetap utuh. Duka itu
biarlah menjadi tanggungan ku sendiri, tidak akan ku
harap dia ikut menanggung duka ku.
Gadis itu berhasil mencuri hati Fachri hanya dalam
hitungan bulan. Padahal keberadaan ku selama lima
tahun ini tidak mampu menaklukkan hatinya. Aku
menyerah untuk terus berjuang meraih cintanya. Bukan
karena aku pengecut tapi karena aku ingin menjaga
perasaan nya. Aku tidak ingin dia menderita untuk yang
ketiga kalinya. Dia terlalu naif dalam memandang
cinta.
Aku tak menyalahkan siapa-siapa. Dalam percintaan
tidak mengenal hitam dan putih. Tidak ada yang salah
dan yang benar. Semua kabur dan tidak berbentuk. Cinta
tidak akan bisa diraih dengan paksaan atau belas
kasih. Biarlah dia hidup dalam dunianya dan aku hidup
dalam duniaku sendiri. Meski dia berdampingan dengan
gadis itu, setidaknya aku masih bisa memperhatikannya
dari sudut gelap itu.
Semua orang pasti meledek perasaan ku. Tidak ada yang
mau mengerti bahwa cinta ku itu tulus. Teman-teman
beranggapan bahwa aku adalah perempuan bodoh yang
menghabiskan waktu untuk memikirkan seseorang yang
tidak sedikit pun memikirkan ku.
" tak hanya satu ikan di laut, Anca" ujar salah
seorang teman ku
" tapi ikan dilaut itu semuanya Pantau, gimana dong?"
jawab ku sambil bercanda. Dan teman-teman ku tertawa
terbahak-bahak mendengar celoteh ku itu.
Ada juga hikmah yang dapat ku raih dari kenyataan
itu. Setidaknya aku bisa menulis puisi yang lebih
menyentuh dan aku akan mengirimnya pada majalah di
ibukota. Aku yakin masih akan ada tawa dibalik
tangisan. Tergantung manusia untuk menyikapi
perasaannya. Jika ia terlalu larut terbuai perasaan
patah hati, maka dia akan selamanya terjerumus dalam
penyakit hati itu. Tapi jika ia berusaha bangkit maka
ia akan bisa memandang dunia ini dengan senyuman.
Aku tidak peduli apakah akan selamanya mencintai
Fachri yang selalu memunggungi ku, atau suatu saat aku
akan bertemu dengan seorang yang bisa mengusir bayang
Fachri. Selama matahari masih menyinari bumi, selama
bulan masih ditemani bintang-bintang, selama hujan
masih turun dari atas ke bawah dan selama nyawa masih
dikandung badan, selama itu aku akan terus berusaha
untuk bangkit dari keterpurukan itu. Meskipun harus
tertatih-tatih dan harus jatuh bangun. Toh dunia tidak
sebesar daun kelor.
Kini tiba-tiba saja rasa cinta itu datang lagi tapi
bukan untuk Fachri. Teman satu angkatan ku mampu
mencuri perhatian ku melalui gerak-geriknya yang
menyenangkan. Jika orang bilang rasa cinta itu
alamiah, tapi bagi ku rasa cinta itu nggak boleh
tumbuh lagi. aku nggak mau kecewa untuk yang kedua
kalinya. Perasaan yang menyiksa selama lima tahun ini
sudah cukup untuk merobek-robek jiwa ku yang gersang.
Semakin lama aku mengacuhkan perasaan ini, aku semakin
terluka.
Aku tidak mengelak kalau suatu saat aku pasti akan
jatuh cinta lagi. tapi jangan sekarang! Karena luka
itu belum sembuh. Aku masih takut terluka kedua
kalinya. Lagi pula bayangan Fachri masih terlukis
jelas di benakku.
Tuhan.......hapus rasa cinta ku pada Ayez. Agar aku
tidak kembali terpuruk kecewa karena terlalu berharap
pada sesuatu yang tak pasti. Lagi pula logika ku tidak
menerima kalau aku jatuh hati pada Ayez si perokok
berat. Sejak kecil, aku sudah berulang kali
bolak-balik rumah sakit karena saluran pernafasan ku
terganggu. jika aku jatuh cinta pada Ayez itu artinya
aku harus rela menghirup asap rokok dan asap knalpot
motornya hampir setiap hari.
" ih...." umpat ku kesal
" ada apa, Anca? Saya perhatikan dari tadi kamu
melamun terus, ada masalah?" tanya Pak Zo, dosen ku
" nggak ada apa-apa, Pak" jawab ku
" paling kumat lagi penyakitnya" ledek Bryan
" apa-apan sih loe? Urus tuh bibir" maki ku

Sialan....gara-gara mikirin Ayez aku terpaksa
menerima omelan Pak Zo di kelas. Nggak cuma itu aja,
aku di suruh membuat makalah mengenai kenakalan remaja
yang banyak nya 11 halaman. Itu salah satu alasan
mengapa aku takut terkena virus cinta.
" nggak mau.....nggak mau...." teriak ku histeris
" ada apa, Ca?" tanya Hany yang sejak tadi ternyata
memperhatikan gerak-gerik ku
" ah nggak apa-apa. Aku ke toilet dulu, ya" pamit ku
pada Hanny
" makanan mu nggak dihabiskan?" Hanny mengingatkan
" buat kamu aja" tolak ku
Aku berjalan ke toilet lebih cepat dari biasanya,
sebentar lagi Ibu Mira akan mengajar dan aku nggak mau
sampai terlambat masuk kelas beliau. Setelah
menyelesaikan keperluan ku di toilet, aku segera
kembali ke kelas. Karena buru-buru aku menabrak
seseorang yang berada di depan ku.
" aduh...sorry gue nggak sengaja" sesal ku
" nggak apa-apa kok" jawab nya
" Ayez....?" aku kaget bukan kepalang
" iya, kenapa memangnya? Muka mu pucat, Ca lagi
sakit?" tanya Ayez
" ih...ih...." aku berlari sangat kencang seperti
habis melihat hantu
Percuma saja aku kembali ke kelas dengan segera.
Meski sudah sekuat tenaga aku berlari dari toilet,
tetap saja aku nggak diizinkan masuk ke kelas. Ibu
Mira memang dosen yang sangat disiplin. Terlambat
beberapa detik saja tidak akan diizinkan masuk ke
kelasnya. Apalagi aku sampai terlambat dua menit,
wajar rasanya kalau aku nggak diizinkan masuk.
Aku duduk di bangku yang berjejeran di depan kelas.
Wajah Ayez terus terbayang di benak ku. Sebelum aku
menyadari sudah jatuh hati padanya, hubungan kami
memang sangat dekat layakya sepasang sahabat. Tapi,
sekarang aku sadar kalau aku mulai menyukai nya dan
aku nggak mau disiksa oleh perasaan itu.
" nggak diizinin masuk ya?" suara Ayez membuyarkan
lamunan ku
" iya" jawab ku sungkan
" akhir-akhir ini kamu kenapa, Ca? Ada masalah? Cerita
sama aku ya" tawar Ayez
" nggak ada apa-apa kok. Cuma lagi sebel aja" jawab ku
berlagak santai
" sebel kenapa sih?" tanya Ayez
" kayaknya loe nggak perlu tahu semua urusan gue deh.
Mau loe apa sih?" omel ku
" loh kok malah mara-marah sih? Aku cuma mau menghibur
kamu aja" Ayez tampak kesal
" menghibur. Loe fikir gue sudi loe hibur?" bentak ku
" kamu kenapa sih? Nggak biasa-biasanya jutek begini"
" jangan deketin gue lagi, gue sebel sama loe" maki ku
" kesel sama aku? Astaga aku sudah melakukan kesalahan
apa sama kamu?" tanya Ayez
" nggak usah dibahas deh" jawab ku ketus
" sebenarnya, kamu kayak gini apa karena gossip
tentang kita?" tanya Ayes ragu-ragu
"idih, gissip apaan?" tanya ku rada-rada jutek
" temen-temen bilang kalau kita pacaran" jawab Ayez
" namanya gossip ya jangan didengerin lah. biarin aja
mereka bilang apa" jawab ku
" tapi, gimana kalau kita bener-bener pacaran?" tanya
Ayez
" loe kan tahu sendiri kalau kita nggak pacaran, jadi
nggak ada yang perlu dipermasalahkan" jawab ku
" tapi gimana kalau gue suka sama loe? apa boleh?"
tanya Ayez lagi
" loe ngomong apaan? gue nggak nyambung sama obrolan
kita" maki ku
" gue beneran sayang sama loe, tapi bukan sebagai
temen. loe mau kan jadi cewek gue?" pinta Ayez
" hmm...loe kan tahu sendiri syarat buat jadi pacar
gue seabrek. apa loe sanggup untuk shalat lima waktu,
nggak main kartu lagi dan nggak kelaur malam, dan
nggak pakai motor lagi, dan yang paling penting adalah
nggak ngerokok" ancam ku
" sanggup. loe dah berkali-kali bilang gitu ke gue.
dan gue sudah pertimbangkan kalau gue sanggup menuhin
semua persyaratan loe" Ayez setuju
" kalau gitu, gue bakal kasih waktu loe buat
ngebuktiin kalau loe nggak bohong"
***
ku fikir mungkin akan lebih mudah melarikan diri dari
Ayez dengan memberikan syarat yang susah. ya nggak
mungkin lah seorang Ayez mau berhenti melakukan
aktivitasnya yang jelek itu.
" pagi......"sa aAtez pada ku
" pagi" balas ku
" aku nggak ngerokok dan nggak pakai motor ke kampus
loh" pamer Ayez
"bagus deh, tapi nanti pulang kuliah nggak bakal
nongkrong sambil main kartu lagi kan?" tanya ku
" nggak, aku janji. tadi juga sudah shalat subuh"
pamer Ayez lagi
***
Ku fikir setelah mengajukan syarat pada Ayez dia akan
mundur teratur dan nggak mencoba nge-deketin aku lagi.
ternyata fikiran ku salah. duh....
hari ini adalah batas akhir perjanjian kami, itu
artinya aku harus terima Ayez. kalau ternyata aku lagi
jomblo sih nggak apa-apa, tapi semalam Fachri nembak
aku dan sungguh itu adalah hari yang paling
membahagiakan. sekarang giliran aku yang pusing gimana
caranya nolak Ayez yang sudah jelas-jelas banyak
berkorban buat aku. apa aku pasang dua aja??
hmm....asik juga kali yee kalau punya dua cowok
sekaligus? he...he...he...
" kenapa sih cemberut mulu?" tanya ku saat melihat
Fachri duduk termenung di depan terasrumah ku
" aku mau kamu jujur sama aku, apa kamu punya cowok
lain selain aku?" tanya Fachri
" ka...kamu ngomong apa sih?" jawab ku gugup
" aku tahu tadi siang kamu sudah jadian sama Ayez kan?
aku nggak nyangka kamu tega sama aku. aku fikir selama
lima tahun ini kamu nunggu aku dengan cinta suci mu.
tapi..." seru FAchri
" maaf...." jawab ku penuh sesal
" aku sempat ragu untuk pacarin kamu, aku takut kamu
nge-duain aku seperti cewek-cewek ku yang lain.
ternyata bener...kalau ada kesempatan cewek mana pun
juga bakal selingkuh." Umpat Fachri
" aku....nggak enak nolak Ayez. dia sudah mematuhi
syarat yang aku buat jadi, aku harap kamu ngerti" ujar
ku membela diri
" jadi bener firasat aku, kamu nggak bener-bener
sayang aku. kita putus" tiba-tiba Ayez muncul dari
belakang pohon pinus di depan rumah ku
" Ayez....." ucap ku lirih
" iya, dan kami berdua nggak mau kamu dua-in. kita
putus!" bentak mereka
" jadi aku jomblo lagi dong???" ucap ku lirih
"dasar nasib...." sambung ku

Marisa Elsera
Mahasiswi Universitas Andalas
Tamparan Keras untuk Orang Yang Pantas

Malam ini ku nikmati kesendirian ku. Hanya seorang
diri, menyepi di taman belakang rumah ku. Angin
berhembus kencang, menerbangkan rambut ku yang terurai
sebahu. Petir dan kilat menyambar dengan garang nya.
Ku tatap langit yang kelam di atas sana, masih
berharap akan muncul bintang yang mau menemani ku
menghabiskan malam bersama di tempat ini. Aku tahu itu
adalah impian gila, petir dan kilat serta angin
kencang adalah pertanda bahwa sebentar lagi akan turun
hujan. Jadi, mana mungkin akan ada bintang yang muncul
?. Perlahan-lahan hujan turun dengan keanggunannya.
Membasahi wajah ku yang terus menengadah ke langit
kelam. Aku masih tetap bertahan duduk di kursi tanpa
beranjak sedikitpun dari tempat itu. Aku ingin
menaklukkan malam ini dengan terjaga semalaman. Hujan
mulai deras dan membasahi seluruh tubuh ku. Petir dan
kilat juga semakin keras menyambar.
" tuhan....aku tidak akan beranjak sedikitpun dari
tempat ini. Aku akan menaklukkan hujan mu"
Sorak ku.
Malam semakin larut, namun hujan semakin deras. Aku
masih terpaku duduk di kursi menahan rasa dingin yang
mulai menyerang ku.
"Aku tidak boleh kalah dengan hujan. Aku akan
menakluk kan nya." gumam ku terus menerus.
"Tuhan, aku tidak akan kalah dengan hujan ini"
Teriak ku sekeras-kerasnya.
"aku benci dengan hujan mu ini. Aku tidak akan
kalah, tidak akan pernah kalah lagi.Ingat itu
Tuhan!" teriak ku dengan suara agak menggigil.
Seorang wanita setengah baya mendekati ku, ia memeluk
dan mendekap ku dalam tubuh nya yang hangat. Sambil
menangis wanita itu berkata
"Cha, apa yang kamu lakukan? Ini sudah malam, mbok
nggak mau kamu sakit. Ayo kita masuk" bujuk nya.
" mbok, biarkan Cha disini. Cha mau mengalahkan
hujan. Cha nggak boleh kalah dengan hujan" Ujar
ku
" ada masalah apa, Cha? Cerita sama si Mbok" tanya
Mbok Darsih prihatin
" Tuhan jahat sama Cha, mbok" ujar ku
" astagfirullahalâazim.....istighfar Cha. Kalau
Allah marah sama Cha bagaimana?" tanya Mbok
" Cha nggak peduli lagi sama Allah. Selama ini Cha
shalat, puasa, zikir, infaq. Cha juga nggak pernah
mendekati larangan Nya, karena Cha selalu ingat bahwa
Allah itu Akbar. Tapi....apa yang diberikan Allah pada
Cha, mbok? Dia nggak pernah mengawasi Cha dari atas
sana!" umpat ku
" kamu ngomongin masalah apa,
sayang? Ingat, Allah Swt itu maha mengetahui, maha
mendengar dan maha melihat jangan sampai Allah murka
pada mu" Mbok semakin tidak mengerti dengan ucapan
ku.
" selama ini mbok selalu menasehati Cha bahwa Allah
itu maha melihat, tapi ketika kertas ujian Cha diambil
teman apa Allah juga melihatnya mbok? Apa Allah
mendengar niat jahat orang itu? Apa Allah mengetahui
tindakan mereka yang menyabotase kertas ujian Cha?"
ujar ku kecewa
"oh, masalah itu. Kita sebagai muslimah harus sabar
menghadapi masalah. Ini Cuma 1% dari cobaan yang
diujikan allah pada umatnya. Yakinlah suatu saat Allah
akan menunjukkan kebesarannya, meski bukan sekarang"
nasehat si Mbok
" jadi, Cha harus menunggu sampai mati? Cih....kalau
begitu aku bisa membalasnya sendiri" jawab ku emosi
" biar Allah yang membalas perbuatan orang yang
mencelakai umatnya. Allah punya cara sendiri untuk
menghakimi mereka. Sabar, sayang" ucap si Mbok
Aku penat dengan kepalsuan di dunia ini. Sahabat yang
selama ini sudah ku anggap sebagi saudara kandung ku
ternyata berbalik mencengkram ku dengan kukunya yang
tajam dan beracun. Tak pernah sedikitpun terlintas di
benakku untuk menyakitinya, tapi kenapa dia tega
melakukannya pada ku. Belum lagi dia menghasut
teman-teman sekelas ku yang lain hingga berpihak
membelanya. Setiap orang bertanya kenapa kami tidak
lagi jalan bersama, dia menyebarkan fitnah bahwa aku
telah menuduhnya menyabotase kertas ujian ku. Padahal
aku tidak pernah berniat memfitnahnya. Dia yang
menciptakan fitnah pada dirinya, entah apa niat
dibalik itu. Dan ketika fitnah itu pun mulai muncul,
Allah SWT tidak menolongku. Padahal dalam firmannya ia
menjanjikan akan menolong orang yang teraniaya.
Fitnahan itu lama kelamaan menampakkan bukti yang
nyata. Salah seorang dari adik kelas ku melihat Helsi
menyembunyikan kertas ujian ku dibalik bajunya. Orang
itu berani bersumpah bahwa dia melihat hal itu.
Awal perang dingin kami adalah hari Selasa lalu,
yakni ketika nilai matakuliah Pancasila keluar. Helsi
dengan bangganya memperlihatkan nilai A+ nya sedang
aku terpuruk karena nilai BL (belum lengkap) yang
terancam E. Sejak saat itu ia berusaha menghindar dari
ku, setiap ku tegur dia berpura-pura tidak melihat.
Bahkan Helsi dan dua orang temannya, yakni Dika dan Tyna
melintas begitu saja tepat di depan ku dengan membuang
muka. Awalnya ku fikir merela malu memiliki teman
dengan nilai BL, tapi Fatur juga memiliki nilai BL
yang lebih banyak dari ku. Lantas kenapa mereka tidak
ikut membenci Fatur?. Ku ceritakan perasaan kecewa
yang ku alami pada salah seorang yang ku anggap adalah
teman ku, yakni Adli. Entah apa yang ia katakan pada
Helsi, tapi yang jelas keesokan harinya sudah beredar
kabar bahwa aku telah memfitnah Helsi dan Dika.
Menurut Fatur, kabar itu disebarkan oleh Helsi kepada
teman-teman ku di Mapala kampus. Di sekretariat
Mapala, Helsi menceritakan cerita bohong tentang
dirinya dengan wajah memelas dan minta dikasihani.
Karena itulah Fatur merasa sebal dan lebih memilih
berteman dengan ku dari pada dengan Helsi. Sampai
kejadian itu, Allah juga tidak berbuat apa-apa untuk
menolong ku.
Kamis kemarin aku mendapat giliran piket menjaga
sekretariat Hima. Harusnya aku pulang bersama Wina
karena rumahnya searah dengan rumahku. Tapi, Helsi
merayunya untuk makan goreng di gerbang kampus. Aku
tahu maksud Helsi adalah agar aku pulang sendiri dan
kesepian. Tapi, itu tidak terjadi karena aku memang
sudah ada janji dengan Fajri mantan kekasih Dika. Dia
mengajak ku jalan ke mall hendak mencari kado ulang
tahun untuk keponakannya. Awalnya, aku tidak tertarik
sedikitpun pada Fajri, tapi karena Dika telah
mengkhianatiku makanya aku mau diajak jalan oleh
Fajri. Ya, hitung-hitung membalaskan rasa sakit hati
ku pada gadis tengil itu.
Perang dingin terus terjadi antara aku, Helsy dan
Dika. Manusia bodoh itu tidak akan berani melawanku
dari depan karena mereka memang pengecut yang hanya
berani menusuk dari belakang. Tapi aku tidak akan
gentar, karena aku berpijak pada kebenaran. Aku
teringat dengan seorang tokoh sosiolgi bernama Cosser
yang menyatakan bahwa konflik timbul bagaikan magma
yang terus menumpuk dan suatu saat terjadi pergeseran
sedikit saja akan menimbulkan ledakan yang dahsyat.
Aku setuju dengan teori itu karena aku mengalaminya
sendiri. Aku sudah terlalu lama menahan rasa sakit
dalam berteman dengan Helsy, Dika dan Tyna. Puncaknya,
memang haruslah terjadi konflik ini. Keputusan ku
sudah bulat untuk tidak akan bergaul lagi dengan
ketiga orang itu. Sudah cukup sekali disakiti, dan aku
tidak ingin mereka sakit untuk yang kedua kalinya.
Karena hanya manusia bodoh yang mau jatuh pada lubang
yang sama untuk kedua kalinya. Hatiku sudah cukup
teriris karena pengkhianatan dan fitnah mereka.
Kemunafikan Helsi terbukti ketika dia memuji Dina,
Ika dan Irma yang dahulunya sangat ia benci karena
dianggap centil dan sok cantik. Tapi sekarang Helsi
malah mendekati mereka karena ingin mencari sekutu
untuk menjatuhkan ku. Membayangkan ulah Helsi yang
satu ini membuat ku sulit untuk menahan tawa. Mana
mungkin Dina Cs mau berpihak padanya, Dina itu selain
cantik tapi juga pintar. Dia tahu mana orang yang
berhati tulus dan mana yang bersisik.
Keaktifan ku di Hima sepertinya tidak akan bertahan
lama. Setiap aku piket, Helsy pasti ada disana. Aku
seperti di todong pistol. Aku muak dengan segala
kebaikan yang ia tampakkan pada orang lain yang jelas
bertujuan demi mencari sekutu untuk melawanku. Ku
tabahkan hati dalam menghadapi sikapnya. Kucoba
bersikap profesional dengan masih berbicara padanya
sebatas keperluan Hima. Tapi, dengan bangganya dia
mendeklamasikan bahwa aku mengajak damai dan mengakui
kesalahan ku. Kalau difikir, kesalahan ku yang mana
yang harus dimaafkan olehnya? Sebagai mahasiswa dan
mahasiswi aku yakin teman-teman ku lambat laun akan
sadar dengan topeng kebusukan yang digunakan Helsi,
Dika dan Tyna.
Malam minggu kemarin, Adli mengirim sms yang
menerorku. Ia mengatakan bahwa aku tidak pantas berada
di Hima lagi karena tidak ada yang menyukai ku. Ia
mengirim sms itu sampai 3 kali. Bahkan hari Senin ia
mengejek ku di depan kelas dengan kata-kata yang
serupa dengan isi sms nya. Peduli apa dengan kata-kata
monyet yang satu itu? Toh kafilah berlalu juga meski
anjing terus menggonggong. Kesal karena sikap ku yang
masa bodoh, Adli terus mengeluarkan kata-kata ledekan
yang menyakitkan hati. Dia membawa-bawa orang tua ku
dan juga pangeran merpati putih yang selalu ku
sanjung.
"ih, Dedri bencong itu aja dicintai. Kayak nggak
ada orang lain aja. Dasar orang kampung!" ledek Adli
" suka-suka gue. Dari pada gue suka orang jelek,
kucel kayak gembel seperti loe!â balas ku kesal.
Adli fikir dia lebih baik dari pada Dedri. Orang buta
juga tahu bahwa Dedri jauh lebih berkualitas
dibandingkan dengannya. Mungkin di rumahnya tidak ada
cermin untuk berkaca, makanya dia tidak sadar diri.
Dedri mengajarkan ku untuk tabah menerima cobaan Allah
Swt. Ia yakin bahwa suatu saat Helsi dan sekutunya
akan mendapat tamparan keras dari Allah Swt. Ketika
itu ia akan sadar dan memohon maaf pada ku. Disaat
itulah tabir kejahatan dapat terlihat jelas. Takkan
selamanya bangkai dapat disembunyikan. Nantinya
kebohongan itu akan terkuak juga.
Dan benar saja, hari pertama ujian tengah semester
Helsy, Dika dan Tyna yang berangkat ke kampus
berbarengan mengalami kecelakaan. Sebuah truk sampah
menabrak mereka hingga koma beberapa hari. Helsy
mengalami patah tulang serius di pergelangan kakinya
hingga harus diamputasi. Dika mengalami benturan keras
dikepalanya yang menyebabkan ia geger otak. Sedangkan
yang terakhir yakni Tyna mengalami cacat permanen pada
wajahnya yang cantik dan mulus.
Sebagai seorang teman sekelas, aku datang menjenguknya
di rumah sakit. Keadaan mereka yang parah membuat
mereka minder untuk bertemu dengan kami. Aku salah
pernah mempertanyakaan kekuasaan Allah Swt. Allah Swt
maha kuasa, ia membuktikannya dengan peristiwa yang
menimpa ketiga teman ku. Benar juga kata Dedri bahwa
mereka yang jahat, suatu saat kan mendapat tamparan
yang sangat keras dari Allah Swt.
Tiba-tiba hande phone Dedy -ketua kelas ku- bedering.
Ia segera mengangkatnya.
" Halo" sapanya pelan
" apa? Kenapa bisa begitu? Ya ampun....." seru
Dedi kemudian
" ada apa Ded?" tanya ku cemas
" Adli ditangkap polisi" jawab Dedy
" kok bisa?" tanya Dina
" semalam Satpol PP mengadakan razia di sekitar
Taman Melati dan teman kita tertangkap" jawab Dedy
" Tertangkap karena tuduhan apa?" tanya ku tidak
percaya
" semalam ada razia Waria" cerita Dedy
" ha.....ha....ha....Adli jadi bencong Taman
Melati?? Ha....ha.... nggak habis fikir gue" celoteh
ku dengan girang nya
" kenapa loe malah tertawa sih?" omel Ika
" gue nggak habis fikir seorang Adli jadi waria.
Ditengah malam ia kerja melayani om-om? Sementara dulu
dia senang banget menghina Dedri sebagai bencong.
Padahal seumur-umur Dedri itu nggak pernah dandan jadi
cewek. Dia masih normal, suka sama cewek. Nggak
seperti Adli" ledek ku dengan puas
Ingin aku mengunjungi sel dimana Adli ditahan hanya
sekedar untuk mentertawainya sepuas hati ku. Tapi,
kalau aku melakukan hal yang sama tentunya aku tidak
jauh beda dari Adli. Lebih baik aku memaafkan mereka
berempat yang telah mencelakai ku, hitung-hitung
nabung pahal untuk membangun istana disurga.
He....he....

Marisa Elsera
Mahasiswi Jurusan Sosiologi
Unand

cerpen

Ternyata ku Salah Menilai
Sempat terfikir untuk mengakhiri hidup ku saat cinta yang selama lima tahun aku pelihara dan ku jaga sepenuh jiwa kandas karena tak juga berlabuh di pelabuhan kebahagiaan. Cowok yang selama ini aku kagumi, aku sayangi dan aku cintai tak kunjung mengutarakan cintanya pada ku.
Lelah….itulah yang sekarang ini aku rasakan. Menunggu terus tanpa tahu ujung nya. Picaso adalah sosok cowok yang selalu menjadi landasan fikiran ku dalam mencipta sebuah puisi. Dia adalah orang yang tak pernah tergantikan posisinya di hati ku selama lima tahun belakangan ini. Jangan kan untuk berhubungan dengan cowok lain, untuk memikirkan cowok lain pun tidak pernah terlintas dalam benakku. Setiap kali aku mencoba menjalin hubungan dengan orang lain, aku merasa telah melakukan perselingkuhan. Meski akal ku mengatakan bahwa ini bukan lah perngkhianatan karena aku bukan lah kekasih Picaso, tapi kalbu ku terus memupuk perasaan bersalah. Selalu begitu perasaan yang berkecamuk di dada ku.
Picaso tak kan pernah tahu betapa besarnya cinta ku pada dirinya. Aku tidak akan pernah mengutarakan perasaan terpendam itu, karena aku sadar bahwa aku adalah seorang wanita. Tabu untuk seorang wanita dari timur untuk mengutarakan perasaannya terlebih dahulu kepada lawan jenis nya.
Hingga langit runtuh pun aku bersumpah tidak akan mengakui perasaan ini sebelum Picaso terlebih dahulu mengakuinya. Perasaan ini akan terus terpendam di dasar hati ku yang terdalam walau akhirnya aku harus tersiksa dan terkubur dengan perasaan itu.
Belakangan harapan ku mulai pudar, tapi hati ku masih mencintai Picaso. Hanya secercah harapan yang mulai menyusut. Aku tidak akan lagi menitipkan harapan ku pada Picaso. Aku akan berjuang sendiri melawan hasrat ingin memiliki dia yang masih menggebu-gebu.
Andai cinta bisa memilih. Mungkin aku nggak akan memilih Picaso menjadi sandaran hati ku. Aku lelah berharap agar dia sudi merentangkan tangan nya untukku. Mungkin akan jauh lebih baik jika aku mencintai Dimas yang jelas-jelas sudah mengutarakan isi hatinya pada ku. Tapi, rasa cinta ku pada Picaso menghalangi ku untuk menjalin asmara dengan Dimas.
Orang yang pernah patah hati, tentu tidak akan mau mematahkan hati orang lain. Tapi, hal itu sama sekali tidak berlaku bagi ku. Meski hati ku sudah remuk karena cinta yang bertepuk sebelah tangan, namun aku malah mematahkan hati dimas yang telah melabuhkan asanya pada ku. Entah siapa yang patut disalahkan atas perasaan yang mengganggu ku. Setiap kali aku mengarahkan tujuan ku pada Dimas, bayangan Picaso terus menghantui. Mungkin aku butuh sebuah jimat yang melindungi ku dari penampakkan Picaso. He...he...he...
" lagi senang ya? Senyum-senyum terus dari tadi" suara seseorang membuyarkan lamunan ku
"nggak kok" jawab ku sambil tersipu malu
" aku tahu alasan kamu menolak ku" tiba-tiba saja Dimas berkata demikian
Pembicaraan itu tentu saja tidak ku kehendaki untuk saat ini. Apalagi dengan suasana yang tenang, nyiur hijau melambai-lambai oleh tiupan angin pantai yang sejuk aku berharap bisa relax sejenak melepaskan kepenat-an hatiku.
" Dims….." sergah ku sebelum Dimas melanjutkan kata-kata nya
" kamu nggak mau ngomongin ini lagi? sudah berapa lama kita membutuhkan waktu untuk membicarakan hal ini? Sudah tiga tahun, Kinanti. Aku sudah cukup sabar untuk menunggu sampai kamu berkata jujur pada ku" keluh Dimas
" aku yakin kamu sudah tahu jawaban nya" jawab ku
" aku ingin mendengar langsung dari mulut mu" ucap Dimas
" aku menolak kamu karena aku mencintai orang lain" jawab ku ragu-ragu
" dan orang itu adalah Picaso, iya kan?" tanya Dimas dengan wajah memerah
" iya. Aku tahu apa yang aku lakukan ini adalah hal yang bodoh, nggak seharusnya aku mengharapkan Picaso. Dia nggak pernah ada untuk aku" jawab ku dengan butiran airmata di pipi
" aku lega kamu sudah berusaha jujur pada ku, terutama jujur pada dirimu sendiri. Mungkin aku terlambat menyadari betapa berartinya dirimu bagi ku, baru tiga tahun belakangan ini aku sadar bahwa kamu bernilai tinggi bagi ku. Andai hati ku lebih cepat mencintai mu sebelum kamu mengenal Picaso, mungkin kamu bisa mencintai aku" ucap Dimas pelan
" andai aku mampu mencintai mu sedikit saja, mungkin aku akan bersedia menjadi kekasih mu" ucap ku kelu
" Dimas, kamu mencintai orang yang salah. Aku sudah berulang kali menyatakan ini, tapi kamu nggak pernah menggubrisnya" tambah ku
" aku nggak mencintai orang yang salah, hanya saja waktu dan situasi yang tidak mendukung" Bantah Dimas
" aku nggak pantas buat kamu" jawab ku kemudian berlari menjauhi Dimas
Aku terus berlari tanpa sedikitpun airmata sempat terhenti mengalir. Dada ku semakin sesak karena beban perasaan yang semakin memuncak ditambah lagi saat ini aku sedang menangis. Tanpa sengaja, aku menabrak sesuatu yang ada di hadapan ku.
" maaf" sesal ku
" nggak apa-apa, lain kali kalau jalan mata harus lihat ke depan" jawab orang itu
" kamu Kinanti kan?" tanya orang yang ku tabrak tadi
" iya. Kamu.........Picaso?" ujar ku tidak percaya
" kamu ngapain disini, Kinanti? Kamu habis nangis ya?" tanya Picaso
" nggak kok, tadi kelilipan serangga" jawab ku berbohong
Jantung ku hampir copot melihat wajah cakep Picaso yang tiba-tiba nongol di hadapan ku. Dasar cinta….padahal sebelumnya aku sudah memutuskan untuk tidak lagi berharap pada Picaso, tapi saat dia berada di hadapan ku tiba-tiba harapan itu menyeruak lagi.
" kalau diperhatikan Picaso nggak cakep-cakep amat. Hidungnya nggak bangir, alisnya nggak tebal, kulitnya nggak putih, badannya nggak atletis, dia bukan pemain basket, dia nggak bisa main musik, dia nggak pintar merayu, tapi kenapa aku sampai klepek-klepek kalau di dekat dia ya?" gumam ku
" kamu sendirian?" tanya ku
" iya, lagi bete’ nih, habis putus" jawab Picaso
" apa??Putus sama Ayu?" tanya ku girang
" iya. Dia nggak asyik lagi, otoriter" jawab Picaso
" asik dong? Ups….." aku keceplosan

" Kinanti, kamu nggak apa-apa?" ternyata Dimas menyusul ku dari belakang
" nggak apa-apa kok" jawab ku
" kaki mu bengkak, pasti terkilir. Aku pijat ya" tawar Dimas
" nggak usah, Dimas. Aku nggak apa-apa kok" tolak ku
" kalian pacaran ya? Aduh jadi inget waktu aku dan Ayu masih pacaran dulu. Kita berdua juga sering ke pantai ini, Ayu bilang tempat ini indah" celoteh Picaso
" sama. Kinanti juga suka suasana disini" jawab Dimas
" tapi, aku dan Dimas nggak paca....."
" kami ke klinik dulu, Pic. Mau ngobatin kakinya Kinanti" pamit Dimas
Kesempatan berduaan bersama Picaso hilang begitu saja saat Dimas tiba-tiba muncul mendekati kami. Sebel juga sih, tapi mau marah nggak enak sama Dimas. Meski nyebelin, tapi tindakan Dimas itu bisa aku maklumi karena dia cemburu melihat ku bersama Picaso.
" kamu kenapa sih tadi? Sengaja ya merusak suasana?" tiba-tiba kalimat itu terlontar dari bibir ku
" idih, siapa yang mau merusak suasana?" bantah Dimas
" terus kenapa kamu nyamperin aku dan Picaso? Padahal aku masih mau berlama-lama ngobrol" ucap ku
" kalau boleh jujur, aku cemburu melihat kamu berduaan sama dia. Aku cuma mau menjaga perasaan ku." jawab Dimas
" lantas kamu fikir aku senang? Kamu nggak mikir kalau aku sakit hati? Aku berusaha mengerti perasaan kamu, tapi aku nggak bisa bohongin diri aku untuk nggak mencintai Picaso. Aku mau selalu ada di dekat Picaso, ngerti kamu?" maki ku
Setelah berucap demikian, aku kemudian meninggalkan Dimas di klinik. Tidak sekali pun aku menengok ke belakang.
" kok Dimas nggak nyusul aku ya? Biasanya kalau aku lagi ngambek dia pasti rajin bujuk aku" gumam ku
***
Ini hari ke sembilan setelah aku menghardik Dimas di klinik, sejak saat itu dia tidak pernah lagi datang ke rumah atau sekedar menjumpai ku di kampus. Dia benar-benar menghilang dari kehidupan ku. Mungkin dia marah dengan ucapan ku saat itu, hingga saat kami tanpa sengaja berpapasan di toilet dia langsung memalingkan muka nya. Biasanya dengan wajah riang Dimas menyapa ku dengan hangat. Lalu aku akan menjawab dengan ketus "baik".
" kenapa si Dimas? Biasanya dia negur loe dengan rayuan-rayuan mautnya?" tanya Bonny saat melihat Dimas memalingkan muka dari ku
" nggak tahu, kesurupan setan toilet kali" jawab ku sok cuek
" kalian putus ya?" tanya Bonny
" siapa yang jadian? Idih amit-amit deh" bantah ku
" jadi kalian nggak pernah jadian? Anak-anak fikir kalian itu pacaran loh. Habis kemana-mana selalu berdua" celoteh Bonny
" si Dimas aja tuh yang ngejar-ngejar gue. Kalau gue mah ogah deket-deket dia" caci ku
" ogah apa ogah? Gue perhatiin setiap loe di dekat Dimas, loe senang banget tuh. Senyum-senyum, katawa girang. Tapi giliran Dimas nyuekin elo, bawaannya manyun terus. Paling banter senyum sungging, itu juga kalau temen-temen pada ngegodain elo habis-habisan" ledek Bonny
" apaan sih? Nggak lucu tahu" omel ku
" nah itu maksud gue. Setiap ada yang ngajak loe ngobrol pasti bawaannnya bete’ mulu" ledek Bonny lagi
" ya nggak gitu juga kok" jawab ku
" gue maklum sih kalau loe bete’ lihat Dimas pacaran sama Ayu, tapi loe kan nggak punya hak musuhin dia. Toh kalian nggak pacaran.
" apa? Dimas jadian sama Ayu? Maksud lo Ayu mantannya Picaso?" tanya ku tidak percaya
" iya, memangnya loe nggak tahu?" Bonny balik bertanya
Darah ku berdesir sangat kencang. Amarah meletup-letup di dada ku. Aku sebel!!
" maksud kamu apa jadian sama Ayu? Kamu mau manas-manasin aku? Kamu mau buktiin bahwa kamu hebat bisa merebut Ayu dari Picaso?" omel ku
" ada apa sih? Santai dong, jangan marah-marah. Kita kan bisa ngomong baik-baik" ujar Dimas
" jadi, kamu bener-bener jadian sama Ayu?" tanya ku sedikit tenang
" kamu tahu darimana?" Dimas malah balik bertanya
" nggak penting. Kamu jawab aja dengan jujur" bentak ku
" iya" jawab Dimas
" Cuma iya? Setidaknya kamu jelaskan kenapa kamu mau jadian sama dia" omel ku
" memangnya harus ya? Mama ku aja nggak nuntut alasan macam-macam tuh" jawab Dimas setengah becanda
" tapi….Ayu itu mantan nya Picaso, Dims. Loe tahu kan gue musuhan sama dia, tapi loe malah jadian sama Ayu"
" itu bukan urusan gue. Loe bukan apa-apanya gue, jadi jangan ngatur-ngatur gue" jawab Dimas emosi
Baru kali ini aku melihat Dimas begitu marahnya pada ku. Senyum manis yang selalu ia suguhkan tiba-tiba berubah 180°. Dimas sepertinya tidak senang dengan ucapan ku yang cenderung mengatur masalah yang seharusnya bukan urusan ku. Tanpa fikir panjang lagi, aku segera meninggalkan Dimas yang terus menatap geram ke arah ku.
Tidak beberapa langkah meninggalkan Dimas, tiba-tiba saja sebuah benda keras menghantam tubuhku. Aku dapat merasakan untuk beberapa detik tubuhku melayang ke udara kemudian terhempas ke aspal. Pandangan ku menjadi buram. Setelah itu aku tidak dapat mengingat apa-apa lagi.
***
Kepala ku masih terasa pusing saat aku mencoba membuka mata. Seorang suster tampak memeriksa nadi dan denyut jantung ku. Kemudian dia tersenyum simpul ke arah ku
" alhamdulillah adek sudah bangun, bagaimana perasaanya subuh ini?" sapa suster itu
" baik suster, tapi masih kerasa pusing. Saya kenapa suster?" tanya ku
" kemarin lusa adek ketabrak sepeda motor di kampus, pacarnya adek yang ngantar ke rumah sakit. Sejak kemarin sampai sekarang dia nggak pernah keluar dari kamar ini. Boro-boro’ pulang, makanan yang kami sediakan saja nggak pernah disentuh" cerita suster itu
Sesosok tubuh tampak tertidur pulas sambil memegang tangan kanan ku. Aku tidak bisa melihat wajah orang yang telah menolong ku itu.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi saat aku membuka mata. Ternyata setelah siuman subuh tadi, aku ketiduran. Badan ku terasa pegal, mungkin karena kelamaan pingsan.
" Pagi...." sapa Picaso ketika aku membuka mata
" Pagi" jawab ku
Picaso datang menjenguk ku. Ternyata dia masih memperhatikan aku, sampai-sampai dia mau menjengukku di rumah sakit. Jangan-jangan Picaso orang yang telah menolong ku itu.
" iya…iya pasti Picaso" gumam ku
" ada apa? Senyum-senyum, lagi happy ya?" tanya nya
" nggak kok, siapa yang senyum-senyum? Aku lagi senam wajah" jawab ku berbohong
***
Sayang sekali hari ini aku diizinkan pulang dari rumah sakit. Jadi, nggak ada alasan lagi untuk meminta Picaso menjenguk ku setiap hari. Tapi, nggak apa-apa sih paling nggak aku sudah tahu kalau dia ternyata peduli sama aku. Buktinya selama delapan hari di rumah sakit, dia selalu menemani ku bahkan setiap malam selalu menemani ku.
" Terimakasih sudah bersedia merawatku selama ini" ujar ku pada Picaso
" nggak masalah. Cuma bantuan kecil" jawab Picaso
" ngomong-ngomong kalau malam di rumah sakit banyak nyamuk ya?" aku memulai obrolan
" masa sih? Kasihan dong Kinanti digigitin nyamuk" timpal Picaso
" kamu memangnya nggak digigit?" tanya ku heran
" kalau di rumah ku nggak ada nyamuk. Jadi setiap malam tidur ku nyenyak" jawab Picaso
" tapi, selama delapan hari ini kamu kan yang menjaga ku setiap malam? Aku sering terbangun setiap malam karena digigit nyamuk, dan setiap malam itu aku melihat kamu tidur di sofa kamar ku, iya kan?
" itu bukan aku, kamu pasti salah lihat. Oh iya, barang-barang nya sudah masuk semua kan? Kita pulang sekarang ya?" ujar Picaso
" kamu duluan ke mobil, aku mau pamit sama suster Fris dulu"

Di ruangan suster
" Suster Fris, aku pulang dulu" pamit ku
" iya, hati-hati ya" jawab Suster
" Suster, cowok yang membawa aku ke rumah sakit namanya siapa?" tanya ku
" kalau tidak salah namanya Dimas…iya namanya Dimas" jawab Suster Fris
" terimakasih...." kemudian aku segera menyusul Picaso
Di mobil.....
" Kinanti, bagaimana dengan jawaban mu? Apa kamu bersedia jadi kekasih ku?" tanya Picaso entah sudah berapa kali
" eh…apa? Aku nggak dengar" jawab ku
" kamu lagi mikirin apa?" tanya Picaso
" nggak…aku nggak mikirin apa-apa kok. Pic, kalau kamu nggak keberatan, aku bisa minta diantar ke rumah nya Dimas?" pinta ku
" ada urusan apa? Aku nggak suka kamu deket-deket Dimas. Dia itu....
" dia itu apa? Kamu fikir aku nggak tahu alasan kamu nge-deketin aku? Kamu mau balas dendam kan sama Dimas karena sudah merampas Ayu? Kamu deketin aku karena kamu tahu kalau Dimas suka sama aku, iya kan?" bentak ku
" iya. Aku nggak mau kamu mengacaukan siasat ku" jawab Picaso
" ternyata dugaan ku benar. Kamu nggak pernah suka sama aku" ujar ku
" iya, seharusnya kamu ngaca dulu. Siapa sih kamu? Kamu fikir kamu itu pantas jadi pacar aku?" maki Picaso
" kurang ajar. Berhenti disini, aku mau turun!" hardik ku
" dengan senang hati, aku nggak sudi ngantar kamu ke rumah gembel itu" maki Picaso
Tidak ku duga bahwa Picaso bisa berkata sekejam itu pada ku. Ternyata kebaikannya dulu hanya sebuah topeng untuk menutupi kebiadaban nya. Aku menyesal pernah mencintai orang seperti Picaso.
" Dimas......." sapa ku setelah tiba di depan rumah nya
" Kinanti…ngapain ke sini?" tanya Dimas dengan raut wajah yang cemas
" aku mau minta maaf, nggak seharusnya kita saling bermusuhan. Kita adalah sahabat, dan selamanya akan tetap jadi sahabat" ucap ku
" iya, aku sudah mengira itu adalah jawaban mu. Gimana hubungan kamu dan Pic?" tanya Dimas
" persahabatan kita nggak ada hubungannya dengan Picaso. Maaf, meskipun di hati ku nggak akan pernah ada nama Picaso lagi, tapi hati ku belum bisa menerima kamu" jawab ku
" maksudmu?" Dimas tampaknya tidak mengerti
" aku sudah mengubur semua kenangan bersama Picaso. Nggak akan ada lagi Picaso dalam hidupku" jelas ku
" oh……"
FINISH

Sabtu, 11 April 2009

Yuk Kenalan dengan Narkoba

Yuk kenalan sama Narkoba

Eits…jangan salah sangka dulu dengan judul di atas. “Kenalan” yang penulis maksud adalah mengetahui, mempelajari, mengenali bukan mencoba dan akhirnya menjadi ketergantungan dengan drugs. Kalau ngomongin soal narkoba, mungkin semua orang sudah sering dengar ya. Dan mungkin sudah pada fasih melafalkan semua jenis narkoba. Tapi, artikel ini beda. Di tulis bukan untuk bikin borring, tapi untuk dibikin asyik.
Selama ini kita belajar narkoba hanya dari ceramah guru-guru atau dari buku-buku yang penulisannya kaku banget. Ya kan??? Mungkin ini juga yang bikin kita borring kalau mempelajari tentang narkoba dan dampak negatifnya. Nggak usah terlalu kaku membaca artikel ini, penulis mau agar pembaca bisa dengan santai “melahap” semua berita dan info yang penulis sajikan. Boleh kok baca artikel ini sambil minum teh atau makan cemilan. Yang penting, pembaca bisa memahami semua yang penulis ingin sampaikan dan akhirnya pembaca bisa menjauhi Drugs.
Artikel ini nggak muluk-muluk kok. Penulis hanya ingin berbagi, kalau para remaja sekarang bilang “curhat”. Mau kan curhat bareng penulis?? Nah mari kita kenalan dulu sama istilah narkoba, kemudian baru kita kenalan sama jenis-jenis narkoba itu apa aja. Mulai ya…1..2…3

1. Narkoba
Apa sih narkoba itu?
Narkoba atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah NAPZA ( narkotika, psikotropika dan Zat adiktif) bukan lah sebuah hal baru di Indonesia. Sebelum PD ke II, yakni pada masa kolonial Belanda, narkoba sudah mulai beredar. Bahkan pada tahun 1970-an, narkoba sudah menjadi masalah nasional (Depdikbud, 1999: 2)
Pada dahulunya sih narkoba jenis alami seperti opium, kokain dan ganja di gunakan sebagai obat dalam penyembuhan oleh dunia kedokteran. Namun, lambat laun cara pengobatan yang begini tidak diperbolehkan lagi. Tahu kenapa? Karena tumbuhan sejenis ini bisa mengakibatkan kecanduan tingkat tinggi (woow..serem kan?)


Kamu tahu nggak ada 3 jenis penggolongan dari narkoba.
a. Narkotika
Yakni; zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa nyeri.
b. Psikotropika
Yakni: zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
c. Zat psiko-aktif lain
Yakni: zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak.

2. Jenis Narkoba
a. Opioida
Segolongan zat dengan daya kerja serupa. Ada yang alami, sintetik dan semi. Pengaruh jangka pendek: hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang, rasa nyamandiikuti perasaan seperti mimpi dan rasa ngantuk.
Pengaruh jangka panjang: ketergantungan dan meninggal karena overdosis. Dapat menimbulkan komplikasi seperti sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi.
b. Ganja
Mengandung THC yang bersifat psikoaktif.
Pengaruh jangka pendek: akan timbul rasa cemas, gembira, banyak bicara, tertawa cekikikan, halusinasi, dan berubahnya perasaan waktu dan ruang, peningkatan denyut jantung, mata merah. Mulut dan tenggorokan kering, selera makan meningkat.
Pengaruh jangka panjang: daya pikir berkurang, motivasi belajar turun, perhatian kesekitarnya berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, peradangan paru-paru, aliran darah kejantung berkurang, dan perubahan pada sel-sel otak.





c. Kokain
Digunakan dengan cara disedot melalui hidung, dirokok, dan disuntikkan.
Pengaruh jangka pendek: rasa percaya diri meningkat, halusinasi visual dan katil, banyak bicara, rasa lelah hilang, kebutuhan tidur berkurang, minat seksual meningkat dan paranoid.
Pengaruh jangka panjang: kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak, dan gangguan psikotik.
d. Alkohol
Pengaruh jangka pendek: mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan, ketidak mampuan belajar dan mengingat
Pemakaian jangaka panjang: kerusakan hati, kelenjer getah lambung, saraf tepi, otak, jantung, bayi lahir cacat pada ibu hamil pecandu alkohol.
e. Golongan amfetamin
Pengaruh jangka pendek: tidak tidur, rasa riang, fly, rahang kaku, badan gemetar, jantung berdebar dan tekanan darah meningkat.

Nah, kamu sudah kenalan tuh sama Drugs. So, jangan pernah dicoba. Karena sekali mencoba pasti akan ketagihan. Dijamin 100%. Say no to Drugs…key

Janda Itu Rival ku

Janda itu Rivalku

Bentar ribut, bentar lagi baikan. Ribut lagi, eh nggak lama setelah itu baikan lagi. Ya gitu deh…aku dan Rival selalu saja bertengkar setiap hari. Kalau orang lain menilai kami adalah pasangan yang serasi,tetapi tidak begitu kenyataannya. Ada-ada saja masalah yang menyebabkan pertengkaran diantara kami berdua. Hal-hal sepele saja bisa menjadi boomerang.
Sebenarnya aku nggak bermaksud menjadikan masalah-masalah kami menjadi besar. Tetapi sifat Rival yang buruk selalu mampu memancing emosi ku. Padalah sejak kami berdua memutuskan untuk menjalin hubungan, aku selalu mengingatkan empat sifat cowok yang paling tidak aku sukai. Yang pertama, aku nggak suka menunggu. Karena itu aku alergi banget sama cowok yang jam karet. Kenyataannya, hampir setiap kali bikin janji aku selalu menunggu Rival.
Yang kedua, aku nggak suka cowok yang tukang ngibul. Tetapi setiap kali telat, 1001 alasan dikemukakan Rival.
“ maaf sayang, tadi jalanan macet”
“ Sorry honey, aku jemput mama dari salon”
“ Jam tangan aku mati jadi....”
begitulah...ada-ada saja alasan yang tidak masuk akal. Wajarkan kalau aku marah-marah sama Rival?
Hal ketiga yang tidak aku sukai adalah cowok yang merokok. Sebelum pacaran dengan ku Rival pecandu rokok. Tapi selalu aku nasehati untuk berhenti merokok. Paling tidak, dia tidak merokok di saat aku ada di dekatnya.
Prak…Dug…dug… Prang. Suara ricuh itu mengagetkan pengunjung kafe. Seluruh mata tampak celingak-celinguk mencari sumber suara, begitu pula aku. Begitu kagetnya aku saat mendapati pecahan-pecahan piring berserakan di lantai meja nomor 12. terlebih kaget lagi ketika mendapati Rival tengah dimaki-maki oleh wanita muda. Rival tampak berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada wanita muda itu tapi belum selesai menjelaskan, wanita muda itu sudah terlebih dahulu menampar Rival.
“ apa-apan sih loe nampar cowok gue? Loe sakit jiwa ya?” omel ku
“ cowok loe tu yang crazy. Gue bukan wanita murahan yang bisa dia jamah sembarangan. Gue cewek baik-baik, bukan gadis bar”maki cewek itu
“ apa sih maksud dia? Kamu ngapain wanita itu, Val?” aku balik bertanya
“ dengar dulu. Ini Cuma salah paham. Aku nggak berbuat apa-apa sama dia. Aku tersandung, lalu nggak sengaja megang anu…”
“ hari ini sudah tiga kesalahan terbesar yang kamu lakukan. Aku nunggu kamu disini sudah 10 menit, eh kamu malah gangguin cewek lain. Satu lagi, aku nggak suka kalau kamu bohong untuk nutupin keburukan mu. Aku sudah nggak bisa bertahan lagi dengan kondisi hubungan kita yang sudah nggak sehat. Kita putus...!” teriak ku
***
Sejak kami putus, Rival sama sekali tidak pernah menghubungi aku lagi. Mungkin dia setuju bahwa hubungan kami memang sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Kalau terus berlanjut, bisa-bisa kami berdua akan saling menyakiti. Tapi, kalau aku boleh jujur aku masih sangat sayang sama Rival. Dia cowok yang mampu membuat ku tetap cinta meski kami sudah tidak acaran lagi. Mantan-mantan ku sebelumnya dengan sangat mudah bisa aku lupakan. Bahkan tak ada kesan yang cukup berarti di benakku mengenai mereka. Tapi tidak begitu dengan Rival. Hingga detik ini aku masih sangat menyayangi cowok itu meski begitu banyak kesalahan yang dia perbuat.
Belakangan ini marak beredar kabar hubungan percintaan yang terjalin antara Rival dan janda kembang kompleks Mawar. Berita ini membuat kuping ku sedikit panas sih, tapi aku nggak berhak untuk marah-marah atau melarang Rival untuk berhubungan dengan janda itu. Toh, hubungan kami sudah berakhir.
Setiap hari janda itu mengantar Rival ke kampus, pulang nya di jemput lagi. Rival sudah seperti anak TK yang diantar jemput ibunya. Ugh…aku geram juga melihat wajah janda itu. Tapi, bukan berarti aku cemburu loh.
“ hai…” sapa ku pada Rival yang tengah duduk di taman kampus
“ hai” jawab Rival
“ aku nggak ganggu kan kalau kita ngobrol berdua disini?” aku memastikan
“ gimana ya? Aku sebentar lagi ada ujian Sosiologi Komunikasi nih. Hmm kalau kamu nggak keberatan, boleh ku minta ketenangan?” pinta Rival
“ kamu kenapa sih? Aku kan Cuma mau ngobrol sebentar doang, lagi pula janda itu nggak akan marah kok.” ujar ku
“ janda mana maksudmu?” tanya Rival
“ janda yang keganjenan antar jemput kamu tiap hari itu. Emang nya nggak ada ya mahasiswi yang bisa kamu pacarin? Atau kamu butuh uang, mungkin aku bisa bantu. Asalkan kamu tidak menjual harga diri mu pada janda kegenitan itu” jawab ku
“ tinggalkan aku...dan jaga mulut mu!” bentak Rival
“ kenapa? Kamu kaget berita itu sampai ketelinga ku? ini sudah jadi rahasia umum. Nggak perlu kamu tutupi lagi” jelas ku
“ kamu sudah terlalu jauh mencampuri urusan ku, sekarang tinggalkan aku atau aku akan melempar mu dengan sandal” ancam Rival
“ kamu berani ngomong kasar sama aku? Kamu tuh berubah. Bukan Rival yang aku kenal lagi. Janda itu pasti sudah mencuci otak mu” maki ku
“ jaga mulut mu. Ya, aku memang sudah berubah karena aku bukan lagi Rival pacar mu dulu. Aku Rival yang bebas. Jangan ikut campur urusan ku.” Terang Rival
***
Janda genit itu sudah berhasil mencuci otak Rival. Rival nggak menghargai aku lagi. Dia malah membela wanita itu. Apa sih kehebatan dia dibandingkan aku? Emang sih dia itu cantik, tapi aku rasa aku jauh lebih cantik dari dia. Umur ku juga lebih muda dari dia. Aku juga kaya, ups...maksud ku papa ku yang kaya tapi sebagai anak tunggal, nantinya aku juga akan mewarisi semua kekayaan keluarga ku. Yang terpenting, aku masih gadis. Belum menjadi bekas orang lain.
Jangan-jangan Rival diguna-guna. Kalau tidak begitu, mana mungkin Rival mati-matian membela janda kembang itu. Ugh...aku harus melakukan sesuatu. Aku akan menemui janda itu dan memintanya meninggalkan Rival.
Wow…ini pucuk dicinta ulam pun tiba. Janda itu sekarang ada di gerbang kampus. Hm..dia pasti hendak menjemput Rival. Aku harus bergerak cepat, mumpung Rival masih terkunci di toilet.
“ gue temennya Rival. Gue minta loe jauhi dia, atau loe akan berurusan sama gue” ujar ku blak-blakan.
“ maksudnya?” tanya wanita itu
“ loe ngedukunin Rival kan? Jangan loe fikir gue nggak tahu. Gue punya banyak dukun ternama yang bisa menangkal pelet loe. Gue juga bisa mencelakakan loe kapan pun juga, kalau loe masih mengejar-ngejar Rival” jeals ku
“ saya makin tidak mengerti” ujar wanita itu
“ loe itu janda kesepian. Gue kasihan dengan nasib loe, dan gue yakin loe menjanda karena suami loe nggak kuat menahan sikap loe yang suka gonta-ganti pacar kan? Gue nggak peduli sama tingkah buruk loe, tapi jangan dengan Rival. Dia temen gue…!” maki ku.
Dengan linangan air mata, wanita setengah tua itu masuk ke dalam mobilnya. Dari luar aku dapat melihat jelas tetesan air mata yang keluar dari kedua mata wanita itu. Ia terisak-isak. Sesekali ia menghapus airmata di pipinya. Tak tega melihat kondisi wanita itu, aku mengetuk jendela mobil. Wanita itu segera membuka kaca mobilnya.
“ maaf... aku sudah keterlaluan. Mungkin karena aku cemburu. Untuk mbak ketahui, Rival itu mantan pacar ku tapi aku masih sangat sayang sama dia. Aku terbawa emosi, Mbak. Bukan maksud ku untuk menyakiti Mbak. Mbak boleh kok membalas ku dengan makian yang lebih sadis. Asal Mbak maafin aku dan berhenti menangis. Aku ngerasa bersalah banget” sesal ku
“ Kirana….apa yang kamu lakukan? Kamu membuat Mbak Laras menangis. Kamu pasti memaki nya kan? Pergi kamu dari sini, aku nggak mau melihat wajah mu lagi!” bentak Rival pada ku
“ maaf...aku nggak bermaksud mengeluarkan kata-kata kasar. Aku hanya....” jelas ku dengan terbata-bata
“ aku memang gadis yang nggak punya perasaan. Kamu selalu berbicara seenak mu tanpa memikirkan orang lain. Aku fikir suatu saat nanti kita bisa kembali pacaran, dan aku bersedia menerima mulut besar mu itu lengkap dengan segala ocehan mu. Tapi sekarang, kamu sudah menyakiti kakak ku. Mbak Laras itu yang selama ini membiayai kuliah ku setelah ayah dan ibu pensiun. Dia sudah seperti kakak kandung ku, meski kami tidak punya hubungan darah. Aku benci wanita yang tidak punya perasaan seperti kamu” maki Rival
Rival masuk ke dalam mobil dan segera mengendarai mobil dengan raut wajah buram dan kekesalan yang mendalam di dadanya. Dia tampak sangat marah. Wajar, kalau dia marah. Mata ku tiba-tiba buram, sebelum akhirnya aku merasakan tubuh ku terhempas ke tanah.
Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri, tapi yang pasti saat aku terbangun aku mendapati tubuh ku sudah berada di poliklinik kampus. Aneh nya, aku melihat Rival tersenyum lebar pada ku. Awalnya aku berfikir kalau aku pasti masih pingsan. Tapi sosok Rival begitu nyata dihadapan ku. sambil menggenggam tangan ku, cowok itu berkata
“ maaf, sayang. Aku salah kira. Kamu ternyata wanita yang punya hati yang lembut. I Love You” ujar Rival lembut
“ Bahkan disaat kamu sedang cemburu sekalipun, kamu masih tersentuh untuk minta maaf pada Janda rival mu, iya kan Kirana?” Mbak Laras ikutan berkomentar
“ Mbak...maafin aku ya” pinta ku
“ Mbak Laras sudah cerita semua nya. Aku bangga bisa dicintai gadis cantik berhati peri seperti kamu” terang Rival
begitulah.... dan happy ending deh. Aku dan Rival pacaran lagi. Semoga saja kami berdua nggak pernah pisah lagi. Amin…

hati tak kan bisa "bongak"

Hati Tak Kan Bisa “Bongak”


Cowok itu bernama Yanggi, sahabat ku selama beberapa tahun ini. Kami bersahabat sejak awal semester 2. Awalnya tak ada yang spesial dalam hubungan pertemanan kami. Sama saja seperti pertemanan ku dengan Ryu dan Nanang. Kemana-mana selalu berempat. Baik itu di kampus maupun di tempat nongkrong.
Tapi, lama kelamaan ada keganjilan yang ku rasakan. Hati ku merasakan sesuatu yang berbeda saat bersama Yanggi. Belakangan, aku baru tersadar kalau aku sudah jatuh cinta pada Yanggi. Perasaan ini jelas akan menyulitkan posisi ku yang notabene adalah sahabat nya. Sudah terbayang di fikiran ku tentang hubungan kami ke depan yang tentu nya akan saling menjaga jarak.
Bukannya aku tidak pernah mencoba untuk menekan perasaan itu, justru aku hampir setiap detik mencoba mengubur perasaan yang ”terlarang” itu hingga aku tiba pada suatu titik dimana aku membenci diri ku sendiri karena telah mencintai sahabat ku. Tapi, hati ku tak bisa berbohong, kalau bahasa Sangir nya ”Bongak”. Aku semakin sayang dan tidak ingin jauh dari Yanggi.
Tak ada yang boleh tahu atas rasa yang ku simpan rapat di hati ku ini, tanpa terkecuali. Tapi, belakangan Yanggi mengetahui perasaan ku pada nya. Dan benar saja, dia menjauh... mencoba menjaga jarak dengan ku. Saat itu, aku merasa seperti manusia yang terkena penyakit berbahaya dan gampang menular. Ya....aku seperti manusia yang mengidap penyakit flu burung, dimana tidak ada seorang pun yang mau mendekati ku.
Mungkin analogi di atas terkesan hiperbola, tapi itulah yang ku rasakan hingga detik ini. Aku kehilangan Yanggi karena kesalahan bodoh yang ku perbuat. Tak seharusnya aku jatuh cinta pada Yanggi. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi ubur-ubur...ups, maksud ku nasi sudah menjadi bubur.
Aku ingin melepaskan nya dari kerangkeng cinta ku. Karena ku tahu Yanggi merasa tersiksa atas cinta ku padanya. Dia berada di satu titik tersulit dimana dia harus memilih antar cinta dan persahabatan. Aku tahu dia tidak mencintai ku, dan itu sudah bisa ku baca dari gelagatnya yang sekarang menarik diri saat berpapasan dengan ku.
Yanggi bersikap acuh pada ku, meski terkadang aku merasa sikap acuhnya dibuat-buat. Pasti berat baginya untuk menentukan sikap pada ku. Harus menjauh atau bersikap biasa-biasa saja seperti tidak terjadi sesuatu. Aku yakin, di dalam hati kecilnya dia merasa bersalah karena telah menjauhi sahabat nya. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Kalau dia bersikap biasa-biasa saja mungkin aku akan terus berharap padanya. Dan hal itu lah yang ia tidak inginkan terjadi pada ku. Hatinya pasti berbicara bahwa sampai kapan pun dia tidak akan pernah mencintai ku seperti aku yang mencintai nya karena baginya aku adalah saudara nya.
Otak ku mulai berfikir bagaimana cara untuk memperbaiki hubungan persahabatan kami yang renggang. Kondisi ini sama sekali tidak menyenangkan. Ah....andai dia tahu bahwa aku tersakiti dengan situasi ini, mungkin saja dia bisa bersikap sedikit lunak pada ku. Toh bukan aku yang menginginkan cinta ini tumbuh di hati ku. Tapi Tuhan lah yang menganugrahkan cinta itu pada ku.
***
Alunan lagu d’masive yakni Cinta Ini Membunuhku menemani hampir setiap malam. Setiap bait di dalam lirik lagu itu persis menceritakan kisah ku. Setiap lagu itu diperdengarkan, fikiran ku melayang jauh. Terhanyut dalam bait demi bait.
” ya.... aku punya ide....” gumam ku
Mendadak sebuah ide timbul di benak ku. Senyum simpul dapat ku lihat jelas tersungging di bibir ku saat mata ku tak sengaja melirik pada sebuah kaca di meja rias. Aku begitu yakin dengan ide ku itu. Besok adalah saat yang tepat untuk menjalankan ide itu, soal berhasil atau tidak itu tak jadi masalah. Yang penting aku sudah berusaha untuk memperbaiki hubungan ku dengan Yanggi.
***
“ kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Tara heran
“ emang ada larangan rektor nggak boleh senyum sendiri?” jawab ku setengah ngocol
“ gokil.... kok loe bisa cepet sembuh sih dari patah hati loe? Kemarin masih nangis-nangis waktu cerita soal Yanggi, eh sekarang kok malah senyum-senyum, kalian baikan ya?” tanya Tara
“ nggak” aku menggeleng ringan
“ terus kenapa dong? Hmm... kalau dihitung-hitung berarti kalian berdua sudah nggak saling tegur sapa selama 1 bulan ya..? wah memecahkan rekor tuh. Biasanya berantem nggak pernah lebih dari dua hari. Sekarang udah sebulan tapi belum baikan. Cerita dong apa masalah kalian?” Tara berusaha menyelidiki
“ mau tahu aja nih..” sergah ku
“ jangan main rahasia-rahasiaan dong sama gue” ujar Tara sambil cemberut
“ Ta... gue jadian sama Dika” cerita ku
“ loh kok bisa?? Hmm....bukannya loe nggak suka sama dia?” Tara tidak percaya
“ iya sih....tapi gue rasa ini satu-satunya cara untuk gue bisa baikan sama Yanggi” jelas ku
“ maksud loe apa, Vi?” tanya Tara semakin tidak mengerti
“ stop...konfirmasinya hanya sampai di situ. Kalau mau tahu lebih banyak, hubungi manajer aku ya” ujar ku sambil becanda
Berhasil.... aku yakin Tara, si Ratu gossip itu akan menyebarkan kabar bahwa aku sudah jadian sama Dika. Sebentar lagi, Yanggi akan sadar kalau aku ternyata sudah bisa mengubur dalam-dalam perasaan cinta ku padanya. Aku yakin, dengan begini Yanggi nggak akan menjauhi ku lagi.
***
Ah Bete’.... baru dua minggu jadian tapi Dika sudah berani macem-macem sama aku. Dasar kucing garong! Dia fikir semua wanita bisa termakan bujuk rayu nya apa? Huh... aku benar-benar nggak tahan lagi pacaran dengan cowok sok alim itu. Awalnya aja yang sok lugu, nyatanya sama aja sama cowok lain yang baik kalau ada maunya. Aku sudah nggak tahan sama dia, aku pengen secepatnya minta putus sama cowok basi itu.
Ternyata jalan yang ku pilih ini salah. Tidak ada perubahan sikap yang cukup berarti yang ditampakkan Yanggi. Dia tetap saja cuek pada ku meski mungkin dia sudah tahu kalau aku sudah punya pacar baru. Sekarang aku terlibat dalam masalah yang cukup pelik. Aku sulit keluar dari cengkraman buaya darat itu. Kalau dia belum mendapatkan apa yang dia inginkan, dia tidak akan mau melepaskan ku. oh God... aku pengen putus!!!
***
Aku sadar bahwa aku masih sangat menyayangi Yanggi. Tapi, saat ini aku sudah tidak lagi berharap Yanggi untuk mencintai ku. Cinta kan nggak bisa dipaksakan. Apalagi dia sudah punya prinsip untuk tidak akan pacaran dengan teman satu angkatan.
Yang sangat aku inginkan saat ini, dia bisa mendapatkan cewek yang paling dia cintai. Aku harap dia tidak akan lagi menjadi kekasih yang tak di anggap. Ya...cowok sebaik dia tentu nya berhak atas cewek yang baik pula, dan sayang sekali cewek itu bukan aku.
***
Perasaan ini menyita waktu ku, aku terus-terusan kepikiran Yanggi. Sulit untuk menghilangkan bayangannya dari benak ku. Aku ingin mengabadikan perasaan ini. Aku akan membawa cinta ini hingga aku mati. Benar kata Ryan D’masive kalau Cinta ini Membunuh ku.
Oh God.... malam ini benak ku kusut. Entah bagaimana cara ku untuk lepaskan diri dari belenggu ini. Dika telah merampas semuanya. Oh God...aku hanya wanita hina sekarang. Dari dulu hingga sekarang aku memang tak kan pantas untuk Yanggi. Aku telah hancur...
***
Ku pecahkan es batu, kemudian memasukkan nya ke dalam gelas kosong. Lalu ku tuang cairan ke dalam gelas. Ku biarkan es batu itu sedikit mencair sebelum akhirnya aku meminumnya. Ogh... minuman ini terasa sangat pahit. Tenggorokan ku seketika terasa sangat panas. Nafas ku mulai sesak, pandangan ku sedikit-demi sedikit mulai buram. Ya.... obat cair anti nyamuk itu telah mulai bereaksi di tubuh ku. Hanya ini yang bisa ku lakukan untuk menyelesaikan siksaan batin ku. Selamat tinggal Yanggi....semoga kau bahagia dengan gadis impian mu. Dika, ku tunggu kau di neraka, kan ku balaskan dendam ku disana.
Dengan sisa tenaga yang ku punya, ku selesaikan cerita pendek ini kemudian menyimpannya ke dalam file di lap top. Dan.....................
Finish

Dunia Fantasi Cha

selamat datang di blog ku..kenapa ku namai dengan dunia fantasi Cha, karena aku memang suka berfantasi dengan fikiran ku sendiri. selama berfantasi tidak dilarang, kenapa kita mesti takut berfantasi kan??
di Blog ini, aku menuangkan semua uneg2 yang ku rasakan. tentang banyak hal, kuliah, keluarga, cinta dan lainnya. karena aku hobi menulis, aku akan tuliskan semua karya2 amatir ku. kalau anda suka, alhamdulillah. kalau nggak suka, ya nggak apa2...tinggal anda banting komputer atau lap top anda masing2, gitu aja kok repot...